Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Asal Usul Tepak Bima Karanggintung

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Asal Usul Tepak Bima Karanggintung, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Asal Usul Tepak Bima Karanggintung atau dalam bahasa Indonesia disebut Tapak Bima atau Jejak Kaki Bima, Legenda Banyumas, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dikisahkan secara turun temurun oleh sesepuh masyarakat di daerah Banyumas khususnya daerah Karanggintung Kemranjen dan bersumber dari banyak versi. Dahulu kala ada raksasa di kahyangan yang mengamuk karena kehilangan senjatanya. Dia lalu turun ke bumi untuk mencari senjatanya yang hilang berupa dua buah gada/pentungan.

Konon dia turun ke bumi bersama seorang nenek berambut putih bernama Nini Dirga. Mereka menaiki sebuah permadani awan yang melayang-layang di angkasa. Nini Dirga yang bertubuh layaknya manusia biasa akhirnya diutus untuk turun dari permadani itu guna mencari keberadaan senjata gada yang hilang, dia percaya kalau gada itu jatuh di sekitar kawah Gunung Slamet (Berada di wilayah Purwokerto - Banyumas - Jawa Tengah).

Berhari-hari, berbulan-bulan Nini Dirga mengitari kawah namun Gada tersebut tidak ditemukannya. Dia kemudian menemui seorang tokoh penduduk desa yang bernama Ki Ragabaya, dia disambut dengan baik dan kemudian menginap di gubuknya yang sederhana. Nini Dirga menyampaikan maksud tujuannya kepada Ki Ragabaya, bahwa dia sedang mencari sepasang gada yang kemungkinan ada di sekitar kawah gunung Slamet. Ki Ragabaya bersedia membantu namun dengan satu syarat, Dia diminta membuatkan sebuah kapak untuk membelah pohon Pule yang sangat besar untuk dijadikan sebuah perahu. Permintaan itu pun disanggupi oleh Nini Dirga.

Singkat cerita, sampailah mereka di sekitar kawah di puncak gunung slamet. Ki Ragabaya rupanya bukan orang sembarangan, dengan kesaktiannya ia mampu menampakkan sebuah wujud benda hanya dengan merapal mantera. Dengan sekejap mata, tampak Dua buah gada yang sangat besar menyerupai tiang pancang raksasa muncul dari pinggiran kawah. melihat itu, alangkah senangnya Nini Dirga. Namun belum hilang rasa senangnya, tiba-tiba gada itu lenyap dari pandanganya, dikuti lenyapnya sosok Ki ragabaya yang tadi berada di sampingnya.

Merasa dibohongi dan hasil kerja kerasnya tanpa membuahkan hasil, dia pun membaca mantera dan seketika itu juga tubuhnya melesat ke angkasa dan dalam sekejap sudah berada diatas permadani dimana sang raksasa menunggunya. Dia pun menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Termasuk tentang Ki Ragabaya yang telah menipunya.

Mendengar cerita dari Nini Dirga, sang Raksasa pun Murka. Dia meloncat dari permadani terbang dan menendang pucuk gunung Slamet hingga jatuh di daerah Purbalingga dan sekarang bernama Gunung Bathok. Lalu dia melangkahkan kakinya mengambil ancang-ancang untuk melompat naik keatas permadani untuk kembali ke kahyangan.

Bekas telapak kaki taksasa itu berada di dua desa, yaitu di Desa Kemawi kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah (Bekas telapak kakinya dinamakan Beji dan dijadikan lapangan) dan di Desa Karanggintung Kecamatan kemranjen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Bekas telapak kakinya dinamakan Tepak Bima dijadikan semacam telaga). Dan sampai sekarang bekas kedua telapak kaki raksasa itu masih bisa kita saksikan di kedua desa tersebut.

Namun menurut versi lain, ternyata telapak kaki raksasa ini juga berada di daerah Pemalang Jawa Tengah. Tapak kaki itu diberi nama Telaga Silating, dan menjadi obyek wisata yang ada di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Telaga Silating terletak di desa Sikasur, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang. Obyek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pemalang bekerjasama dengan pemerintah Desa Sikasur. Letak telaga Silating kurang lebih 33 km di arah selatan dari pusat Kabupaten Pemalang. Telaga Silating juga dikenal dengan nama Telaga Tapak Bima. Sama halnya Tapak Bima di Karanggintung Banyumas, Mengenai telaga Silating juga ada sebuah legenda yang beredar di kalangan masyarakat Sikasur mengenau asal mula terbentuknya telaga Silating. Penduduk setempat mempercayai bahwa telaga Silating terbentuk akibat injakan kaki seorang tokoh dalam pewayangan yaitu Bima. Jejak kaki Bima tersebut menjadi keluar mata air dan jadilah telaga Silating yang saat ini dikenal warga. Oleh karena hal itulah, telaga ini juga disebut telaga Tapak Bima. Kata tapak adalah istilah Bahasa Jawa yang memiliki arti jejak.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.